Subroto Award 2025, ITPLN Soroti PR Besar Keselamatan Pembangkit

  • Comments: 0
  • Posted by: Humas

JAKARTA — Wakil Rektor I Institut Teknologi PLN (ITPLN), Prof. Syamsir Abduh, mengingatkan pekerjaan rumah (PR) besar dalam mewujudkan keselamatan dan keamanan pembangkit di tanah air. Hal ini dia ungkapkan dalam Forum dan Apresiasi Penerapan Keselamatan Ketenagalistrikan 2025 yang merupakan bagian dari Subroto Award 2025 sebagai Tim Ahli Penilai Keselamatan dan Keamanan Pembangkit (K2) mewakili kalangan akademisi.

Acara yang digelar pada Jumat, 31 Oktober 2025, di Granada Ballroom, Menara 165, Jakarta Selatan itu dihadiri para pemangku kepentingan sektor energi ini sekaligus menjadi momentum penyerahan Sertifikat Ketaatan Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan Ketenagalistrikan (SMK2) serta ajang apresiasi bagi para pelaksana keselamatan terbaik nasional.

Prof. Syamsir menilai penghargaan ini kini memainkan peran strategis dalam mendorong pembangkit untuk semakin disiplin menerapkan budaya keselamatan.

“Keandalan pembangkit hari ini tidak bisa lagi diukur hanya dari kapasitas megawatt. Indikator teknis seperti EFOR dan EAF adalah cermin kedisiplinan operasional. Semakin kecil forced outage, semakin tinggi komitmen pada keselamatan,” ujar Syamsir di Jakarta, Sabtu, 1 November 2025.

Dalam pemberian Apresiasi Penerapan Keselamatan Ketenagalistrikan 2025, khususnya terkait Keselamatan dan Keamanan Pembangkit, Prof. Syamsir menyoroti performa pembangkit dari hulu ke hilir.

“Ada beberapa parameter penilaian. Seperti parameter keandalan seperti Equivalent Forced Outage Rate (EFOR), Equivalent Availability Factor (EAF), hingga Capacity Factor (CF) untuk mengukur keandalan dan keamanan instalasi.

Penilaian juga mencakup aspek “Aman dari Bahaya bagi Manusia dan Makhluk Hidup Lain”, termasuk sertifikasi teknisi, penerapan Sistem Manajemen Pengamanan (SMP), serta capaian Zero Accident—indikator yang sering dianggap sebagai bukti paling konkret dari budaya keselamatan.

“Teknologi boleh makin mutakhir, tetapi tanpa SDM tersertifikasi dan kompeten, keselamatan tidak akan pernah bisa dijamin. Sertifikasi teknisi adalah jantung dari sistem keselamatan,” kata Syamsir.

Kepatuhan Lingkungan dan Transisi Energi Jadi Sorotan

Penilaian juga menimbang dimensi keberlanjutan, mulai dari pelaporan lingkungan APPLE Gatrik hingga pelaksanaan CSR oleh setiap unit pembangkit. Keduanya dianggap penting untuk memastikan pembangkit tak hanya memproduksi listrik, tetapi juga menjaga keseimbangan sosial dan ekologis.

Syamsir menegaskan bahwa penilaian lingkungan dan aspek keberlanjutan kini makin relevan di tengah percepatan transisi energi.

“Pembangkit thermal maupun non-thermal harus bergerak menuju operasi yang minim risiko bagi manusia dan alam. Penilaian yang komprehensif seperti ini membantu pembangkit menjaga akuntabilitas di mata publik,” jelasnya.

Menurut Syamsir, penghargaan ini semestinya tidak dipahami sebatas kompetisi tahunan. Lebih dari itu, Subroto Award berfungsi sebagai mekanisme refleksi bersama untuk menaikkan standar keselamatan di seluruh unit pembangkit nasional.

“Kalau setiap unit menjadikan hasil evaluasi sebagai bahan perbaikan, level keselamatan nasional akan meningkat. Tujuan akhirnya bukan siapa pemenangnya, tetapi bagaimana sektor ini naik kelas dalam budaya keselamatan,” tutupnya.

Acara Forum dan Apresiasi Penerapan Keselamatan Ketenagalistrikan 2025 ini menjadi salah satu agenda penting di sektor energi, mempertemukan regulator, akademisi, dan industri untuk memperkuat komitmen terhadap keselamatan ketenagalistrikan yang berkelanjutan.***

Author: Humas