JAKARTA — Lulusan Institut Teknologi PLN (ITPLN) diminta tidak ragu melangkah ke berbagai sektor industri setelah lulus, karena kebutuhan tenaga teknik justru semakin meluas. Pesan itu disampaikan Deddy Junaedi, alumni Teknik Sipil ITPLN yang kini berkarier di Bank Mega Syariah, saat mengisi Studium Generale ke-47 dalam rangkaian ITPLN Career Day 2025 di Jakarta, Jumat, 14 November 2025.
Deddy menekankan bahwa kompetensi teknik, termasuk sipil, elektro, mesin, maupun informatika serta lainnya masih relevan di banyak bidang—bahkan di sektor yang tampak tidak berkaitan langsung seperti perbankan.
“Ilmu teknik itu dipakai di semua sisi. Di perbankan, pembiayaan tak bisa berjalan tanpa kajian teknik sipil. Mulai dari mengecek RAB, konstruksi bangunan, sampai kolateral. Semua ilmu itu terpakai,” ujar Deddy di kampus ITPLN, Jum’at, 14 November 2025.
Menurutnya, banyak lulusan ITPLN terjebak pada idealisme sempit: merasa wajib masuk PLN hanya karena membawa nama almamater. Padahal, ia menegaskan, kekuatan lulusan justru ada pada brand ITPLN yang berkaitan erat dengan reputasi PLN.
“Gunakan nama ITPLN sebagai privilege. Nama PLN dikenal semua perusahaan. Itu bisa jadi pembuka jalan,” ucapnya.
Deddy juga mengingatkan bahwa kondisi ekonomi membuat persaingan kerja semakin ketat. Karena itu, ia mendorong lulusan untuk tidak terpaku pada satu tujuan.
“Jangan idealis dulu. Jalan saja dulu ke tempat yang sesuai jurusan. Sambil berjalan, kalau masih mau masuk PLN, apply terus. Manfaatkan platform lowongan dan jejaring,” ucapnya.
Senada dengannya, Vice President Manajemen Human Capital dan Umum PT PLN Enjiniring, Riziki Yayu Feberina, menyampaikan bahwa lulusan teknik dari berbagai jurusan sangat dibutuhkan dalam eksekusi proyek PLN.
Ia mencontohkan kebutuhan besar untuk drafter yang menguasai desain transmisi dan gardu induk. Pada September lalu saja, pihaknya membutuhkan 30 drafter untuk penyiapan dokumen perencanaan lelang.
“Itu tidak harus dari jurusan tertentu. Elektro bisa, sipil bisa. Banyak mahasiswa ITPLN sudah punya sertifikasi AutoCAD, itu sangat membantu,” kata Riziki.
Dalam proyek sistem tenaga, PLN Enjiniring membutuhkan lulusan elektro. Untuk proyek konstruksi, kebutuhan lebih besar pada teknik sipil. Sementara dalam pengembangan smart grid, lulusan informatika diperlukan karena berkaitan dengan sistem otomatisasi dan integrasi data dari pembangkit hingga distribusi.
“Semua basic ilmu dibutuhkan. Bahkan manajemen bisnis dan keuangan diperlukan untuk menilai keekonomian proyek,” tegasnya.
Riziki juga menyebut penggunaan artificial intelligence (AI) sudah menjadi kebutuhan kerja harian para engineer.
“Banyak engineer datang dan minta akses ke software atau langganan ChatGPT premium untuk riset dan jurnal. Cara kerja engineering sekarang sangat bergantung pada AI,” katanya.***