Jakarta, ITPLN News – Rektor Institut Teknologi Perusahaan Listrik Negara (ITPLN) Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa M. K. ST menjadi salah satu moderator dalam diskusi panel mengenai TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), Teknologi dan Infrastruktur, bertemakan “Pengembangan Energi Laut dalam rangka Meningkatkan Ketahanan dan Kemandirian Energi Nasional”.
Seminar tersebut dihelat oleh Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) bersama PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Ketenagalistrikan, berlokasi di Gran Sheraton, Gandaria City, Jakarta, (01/08).
Prof. Iwa mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan sarana sekaligus sebagai forum untuk mempertemukan lembaga riset dan inovasi, regulator, industri serta investor. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara yang efisien dan efektif sebagai langkah awal menjadi katalisator dalam mendorong industri dalam negeri untuk melakukan percepatan komersialisasi energi laut di Indonesia.
Diskusi tersebut menampilkan pembicara dari berbagai pihak salah satunya General Manager PT PLN (Persero) Pusat Peneltian dan Pengembangan (Puslitbang) Ketenagalistrikan Ir. Iswan Prahastono, yang diwakilkan oleh Senior Manager Bidang Riset Teknologi Sistem Pembangkitan Energi PLN Puslitbang Sahrijal Purba.
Sahrijal menyampaikan paparan mengenai “Perkembangan Research and Development Energi Laut di PLN”. Dia menjelaskan, PLN Puslitbang Ketenagalistrikan sendiri merupakan bagian dari PLN Group yang bergerak dalam bidang penelitian, kajian Teknik, standarisasi serta pengelolaan inovasi di lingkungan PLN.
“Berbagai inovasi dan teknologi terus dilaksanakan oleh PLN Puslitbang, tujannya yakni untuk mencapai bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, dengan mengkonversi pembangkit listrik tenaga diesel yang tersebar diseluruh pelosok tanah air, serta mencapai net zero emissions pada 2060,” terang Sahrijal.
“Salah satu yang sedang kita laksanakan yaitu dengan mengkonversi Pembangkit Listrik Negara Diesel (PLTD) di berbagai wilayah, dan dikonversikan ke energi lainnya, seprti EBT,” sambung dia. Dari sisi populasi, urai Sahrijal, PLTD yang dapat dikonversi menjadi EBT jumlahnya mencapai 1.200 unit dan kWh terpasang jumlah dapat mencapai bisa menjadi 13 Giga Watt (GW).
Setidaknya ada beberapa jenis energi laut yang dapat dimanfaatkan, salah satunya yakni potensi energi listrik yang bersumber dari gelombang laut, panas laut dan arus laut.
“Jadi betapa banyak potensi-potensi energi laut yang dapat dimanfaatkan,” jelas dia.
Menurutnya ini merupakan langkah konkrit yang dilakukan oleh Puslitbang PLN Bersama stakeholder dalam memberikan masukan dan dukungan agar target bauran energi nasional dapat tercapai.
Sementara, Prof. Ir. Mukhtasor, M.Eng., Ph.D. Guru Besar Labolatorium Lingkungan dan Energi Laut ITS yang juga menjadi salah satu narasumber diskusi tersebut, menyampaikan paparan mengenai “Masukan Peta Jalan untuk Mendorong Energi Laut, Usulan Kebijakan, Potensi Pengembangan Purnarupa (TKDN)”.
Dirinya mengungkapkan jika Indonesia tidak melakukan penciptaan teknologinya dan tata kelola sistem, hal ini akan berdampak kurang baik untuk pengembangan energi di Indonesia.
“Kita harus miliki sesuatu yang khas yakni laut. Laut harus dipandang menjadi potensi energi di Indonesia. Untuk itu pemerintah perlu menyiapkan regulasinya, dan implementasinya,” imbuhnya.
Sementara, Rofyanto Kurniawan Direktur Penyusunan APBN Kementerian Keuangan (Kemenkeu), menyampaikan dalam diskusi panel tersebut mengenai “Kebijakan Keuangan Negara dalam Proyek EBT”.
Indonesia sebagai negara yang mempunyai lebih dari 17.000 pulau, sangat berpotensi untuk dikembangkannya pembangkit lstrik tenaga energi laut.
Upaya mendorong EBT ini sangat besar dan membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Meski begitu pemerintah sangat siap memberikan dukungan terhadap pengembangan EBT yang dilaksanakan.
Diakhir diskusi, Prof Iwa menyampaikan bahwa semangat untuk mengembangkan pembangkit listrik energi laut ini sangat besar. Sehingga pembangkit ini menjadi salah satu yang harus dikejar untuk mencapai target bauran energi. **)