Prof. Syamsir Abduh: Menjadi Profesor di Usia Muda, Kini Cetak Generasi Intelektual di ITPLN

  • Comments: 0
  • Posted by: Humas

JAKARTA – Menjadi profesor di usia muda bukan hal yang mudah. Namun bagi Prof. Syamsir Abduh, gelar akademik tertinggi itu diraih di usia 35 tahun dengan kerja keras, dedikasi, dan konsistensi dalam membangun keilmuan di bidang teknologi industri.

 

Kini, ia menjabat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik di Institut Teknologi PLN (ITPLN), membawa semangat transformasi dalam dunia pendidikan tinggi teknik di Indonesia.

“Gelar profesor bukan sekadar pencapaian pribadi, tapi bentuk tanggung jawab intelektual untuk terus berkontribusi pada ilmu pengetahuan dan masyarakat,” ujarnya saat berbincang, Rabu, 23 Juli 2025.

 

Sikap rendah hati itu mencerminkan filosofi akademiknya: bahwa seorang ilmuwan harus terus belajar, berpikir kritis, dan mendorong perubahan.

 

Sebelum berkiprah di ITPLN, Prof. Syamsir dikenal sebagai pakar teknologi industri dari Universitas Trisakti. Namanya tak asing di kalangan akademisi teknik, terutama karena kontribusinya dalam penelitian dan pengembangan sistem industri yang efisien dan berkelanjutan.

 

Bahkan, ia pernah dipercaya menjadi anggota Dewan Energi Nasional. Ia juga sempat dinobatkan sebagai salah satu dari 20 Akademisi Top Indonesia oleh Majalah CAMPUS Indonesia terbitan Agustus 2011

 

“Teknologi itu bukan hanya soal mesin atau sistem, tapi tentang bagaimana ia bisa mempermudah hidup manusia dan menjawab tantangan zaman,” katanya.

Kini di ITPLN, Prof. Syamsir membawa semangat baru dalam membangun sistem akademik yang relevan dengan kebutuhan industri. Ia mendorong kolaborasi antara kampus dan dunia usaha, memperkuat kurikulum berbasis problem solving, dan membuka ruang diskusi lintas disiplin.

 

“Kampus harus jadi pusat gagasan, riset dan solusi, bukan menara gading,” tegasnya.

 

Di usianya yang relatif muda untuk ukuran profesor, ia dikenal dekat dengan mahasiswa dan dosen muda. Ruang kerjanya terbuka untuk diskusi, dan ia tak segan membimbing langsung proyek-proyek riset mahasiswa.

 

“Kita harus menumbuhkan budaya intelektual sejak dini, bukan hanya mengejar nilai,” ujarnya.

 

Baginya, tantangan pendidikan tinggi saat ini bukan lagi soal transfer pengetahuan semata, tapi menciptakan ekosistem pembelajaran yang adaptif dan berkelanjutan.

 

“Kita butuh lulusan yang tidak hanya pintar, tapi juga peka terhadap masalah sosial dan punya kemampuan untuk menyelesaikannya,” tambah Prof. Syamsir.

 

Dengan rekam jejak yang kuat dan visi yang progresif, Prof. Syamsir Abduh terus melangkah, tak hanya sebagai akademisi, tapi juga sebagai pembentuk masa depan generasi intelektual Indonesia. Dari ruang kelas hingga kebijakan kampus, ia membuktikan bahwa menjadi muda bukan halangan untuk memberi dampak besar bagi negeri.***

Author: Humas