Jakarta, ITPLN News – Institut Teknologi PLN (ITPLN) melalui Fakultas Teknologi dan Bisnis Energi (FTBE) menggelar seminar Bisnis Energi dengan mengusung tema, “Pemanfaatan Gas dalam Proses Transisi Energi pada Thermal Power Plant.” Acara diselenggarakan secara hybrid, di kampus ITPLN dan di kanal Youtube pada Sabtu (15/07). Tiga narasumber didapuk menjadi pembicara pada acara tersebut, yaitu I Putu Puja Astawa (Direktur Operasional dan Komersial PT Nusantara Regas), Ir. Maryono, ST, MMT, IPU, ASEAN Eng. (Senior Manager UP Muara Karang, PT Nusantara Power) dan Dr. Tri Wahyu Adi, CRGP. (Kepala Perwakilan Doosan Enerbility, Co. Ltd sekaligus dosen program studi Bisnis Energi FTBE ITPLN).
Rektor ITPLN Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa MK, MT. sebagai pembicara kunci menyampaikan bahwa seminar ini sangat relevan dengan situasi dan kondisi kekinian dalam rangka persiapan menuju net zero emission di 2060. Hal ini karena kita tidak bisa serta merta langsung beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan tetapi memerlukan pentahapan. ”Gas merupakan solusi dalam rentang transisi energi, walau masih merupakan energi fosil tetapi gas memiliki emisi yang kecil dibandingkan sumber-sumber energi yang lainnya”katanya.
Sementara Dekan FTBE Drs. Prayudi MM, MT mengatakan bahwa ITPLN khususnya FTBE sebagai institusi pendidikan mendukung penuh terealisasinya net zero emission melalui pengembangan energi baru terbarkan, kajian dan pengembangan teknologi.
I Putu Puja Astawa menyampaikan company profile PT Nusantara Regas yang merupakan “anak” dari PT Pertamina dan PT Pertamina Gas Negara dan berbagai supply chain dalam bisnis. Putu juga memaparkan bahwa PT NR merupakan operator Floating Storage Regasification Unit (FSRU) pertama di Asia yang menjadi inovasi guna mendukung ketahanan suplai kebutuhan energi gas nasional dengan Regasification Capacity: 500 MMscfd, 3 Regas Trains.
“Seiring waktu pemanfaatan gas bumi dalam hal ini LNG oleh NR menunjukkan peran nyata NR dalam mendukung transisi energi guna mengurangi emisi karbon karena emisi gas bumi/ Liquid Natural Gas (LNG) lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil lainnya.” ungkap Putu lebih lanjut.
Maryono yang menjadi pembicara selanjutnya memaparkan keberhasilannya dalam operasional thermal power plant dalam hal ini pada Blok 3 yang memaksimalkan pemanfaatan gas. Pembangkit PLTGU Blok 3 Muara Karang yang berkapasitas 517 MW disalurkan ke Grid 150 kV untuk mensupply kebutuhan 6% sistem kelistrikan DKI Jakarta terutama Area VVIP Gedung DPR, MPR, Kementrian, dan Instana Presiden. PLTGU Blok 3 telah divalidasi dan verifikasi oleh lembaga teraktreditasi.
PLTU ini menjadi bagian dari aksi pengurangan karbon serta potensi keekonomian bagi PLN Nusantara Power untuk diperdangangkan dalam proses carbon trading.
“Sebelum ada PLTGU Blok 3, listrik di sistem interkoneksi Jamali disupplai dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang memiliki faktor emisi lebih tinggi atau pembangkit yang memiliki efisiensi yang lebih rendah. Dengan adanya PLTGU Blok 3 yang menggunakan Gas Turbine dengan teknologi terbaru(M701F5) dan memiliki efisiensi paling tinggi, membuat faktor emisi jaringan menjadi lebih kecil” terang Maryono.
Tri Wahyu Adi (TWA) yang menjadi pembicara terahir banyak memberikan insigh dan alternatif mengenai sumber-sumber energi yang dapat dimanfaatkan di era transisi energi dalam sektor Thermal Power Plant. Pengamat ekonomi energi ITPLN ini menyampaikan bahwa Ammonia Cofiring juga merupakan alternatif di era Transisi Energi dan Menurunkan Emisi pada PLTU dan PLTGU.
“Amonia yang sudah diimplementasikan di Korea, Jepang dan Vietnam, tidak menghasilkan CO2 saat dibakar, merupakan bahan bakar alternatif untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Untuk mengikuti Skenario Net Zero Emission, sektor ketenagalistrikan harus mulai mengevaluasi peluang co-firing dan melakukan uji co-firing amonia, dengan tujuan untuk penerapan secara komersial di tahun-tahun mendatang” ungkap pria yang menyelesikan doktor ilmu ekonomi di Universitas Brawijaya dalam waktu 2 tahun.
Selain memaparkan mengenai teknologi teknologi ammonia co-firing pada PLTU dan PLTGU, TWA juga menegaskan bahwa ini merupakan tantangan sekaligus peluang bisnis energi. Selanjutnya adalah bagaimana memproduksi ammonia secara global dan secara khusus di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumberdaya yang besar untuk memproduksi ammonia.**)