Mahasiswa ITPLN Wajib Siap, Peluang Green Job dari Bioenergi Besar

  • Comments: 0
  • Posted by: Humas

JAKARTA — Direktur Bioenergi PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI), Hokkop Situngkir, menantang mahasiswa Institut Teknologi PLN (ITPLN) untuk menyiapkan diri menghadapi era green job yang tengah tumbuh pesat. Tantangan itu disampaikan dalam kuliah tamu bertajuk “Bio Energi: Mimpi Menuju Ketahanan Energi” di kampus ITPLN, Jakarta.

Menurut Hokkop, peluang kerja di bidang energi hijau, khususnya bioenergi, kini terbuka lebar seiring meningkatnya kesadaran terhadap pembangunan berkelanjutan. Ia mendorong mahasiswa tak hanya siap bekerja di industri besar, tapi juga berani membangun startup di sektor bioenergi.

“Sekarang startup energi itu lagi digemari anak muda. Teman-teman ITPLN bisa ambil peran di situ,” ujar Hokkop dalam paparannya, Kamis, 30 Oktober 2025.

Ia memaparkan data hasil kerja sama PLN EPI dengan Kementerian Dalam Negeri yang menunjukkan bahwa sekitar 70 persen pimpinan organisasi kepemudaan di Indonesia berusia 18 hingga 28 tahun. Dari jumlah itu, 70 persen di antaranya aktif membahas isu pembangunan berkelanjutan (sustainability development).

Hokkop menilai tren tersebut menandakan meningkatnya kesadaran generasi muda terhadap isu lingkungan dan energi bersih. Ia mendorong mahasiswa untuk menjadikan diskusi keberlanjutan sebagai bagian dari gaya hidup.

“Kalau tongkrongan kalian enggak ngomongin sustainability development, kalian salah gaul,” ujarnya disambut tawa mahasiswa.

Dalam kesempatan itu, Hokkop juga menegaskan bahwa transisi energi menuju net zero emission tak akan berhasil tanpa peran aktif generasi muda. Menurutnya, bioenergi bisa menjadi salah satu kunci dalam mewujudkan ketahanan energi nasional berbasis sumber daya lokal.

“Bioenergy is the future. Tapi masa depan itu hanya bisa diisi oleh orang-orang muda yang mau belajar dan berani mencoba,” katanya.

Menurutnya, Indonesia tengah duduk di atas “gunung emas hijau” yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Potensi bioenergi nasional, katanya, mencapai 140 juta ton per tahun, namun yang baru terserap untuk pembangkit listrik hanya sekitar 5 persen.

“Seluruh dunia sudah mulai mengoptimalkan bioenergi. Negara seperti Amerika, Norwegia, bahkan yang punya reaktor nuklir pun tetap mengolah sumber hayatinya jadi energi,” ucap Hokkop.

Menurut data PLN Energi Primer Indonesia, total ketersediaan biomassa di Indonesia mencapai 80,3 juta ton per tahun, dengan potensi total bioenergi hingga 140 juta ton per tahun yang bersumber dari konsesi kehutanan, limbah pertanian dan industri. Dari jumlah itu, baru 30,7 juta ton yang dimanfaatkan seperti untuk ekspor biomassa, konsumsi domestik dan co-firing PLTU.

Lebih lanjut, jelas Hokkop, potensi biomassa terbesar berasal dari Sumatera dengan 40,9 juta ton per tahun, disusul Kalimantan 17,2 juta ton, Jawa 13,8 juta ton, Sulawesi 5 juta ton, Maluku-Papua 1,8 juta ton, serta Nusa Tenggara dan Bali 1,5 juta ton per tahun. Jenis biomassa yang dominan berasal dari kelapa sawit, kayu, dan padi.

Sementara itu, Rektor ITPLN, Prof. Iwa Garniwa, menegaskan bioenergi merupakan salah satu kunci penting dalam transisi energi nasional. Ia menekankan bahwa ketahanan energi tak sekadar soal ketersediaan sumber daya, tetapi juga mencakup akses energi bagi seluruh masyarakat serta harga yang terjangkau.

“Energi disebut tahan jika tiga hal terpenuhi: energinya ada, semua masyarakat punya akses, dan harganya terjangkau,” katanya.

Iwa menjelaskan, ITPLN sebagai perguruan tinggi yang berfokus pada energi memiliki tanggung jawab untuk berada di garis depan pengembangan bioenergi.

“ITPLN harus menjadi garda terdepan membangun bioenergi. Potensinya luar biasa besar di Indonesia,” tegasnya.

Iwa juga menyoroti pentingnya dukungan ekosistem energi bersih, terutama melalui program co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

“Bayangkan, kebutuhan batu bara nasional untuk PLTU sekitar 125 juta ton per tahun. Jika 10 persen di antaranya dikonversi menjadi biomassa, berarti kita butuh sekitar 12 juta ton bioenergi per tahun. Ini peluang sekaligus tantangan,” tutur Iwa.

Ia juga mengingatkan bahwa transisi energi di Indonesia masih menghadapi banyak kendala, terutama dalam hal fokus dan implementasi.

“Banyak perguruan tinggi lain belum menempatkan transisi energi sebagai prioritas. Di ITPLN, kami sudah menegaskan visi menjadi perguruan tinggi unggul di bidang energi dan teknologi berwawasan lingkungan,” tandasnya.***

Author: Humas