Libatkan Warga Sekitar Kampus, ITPLN Ungkap Cara Ubah Sampah Jadi Energi

  • Comments: 0
  • Posted by: Humas

JAKARTA — Institut Teknologi PLN (ITPLN) menggelar sosialisasi pengelolaan limbah menjadi energi bagi perangkat wilayah Kelurahan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat pagi. Kegiatan bertema “Dari Limbah Menjadi Energi: Mewujudkan Lingkungan Bersih & Berkelanjutan” itu diikuti warga di RW 01, RW 2 dan RW 7 serta sejumlah ibu-ibu PKK.

Wakil Rektor III ITPLN, Ishvandono Yunaini, menegaskan bahwa pengelolaan sampah di Ibu Kota mesti dimulai dari sumber terkecil: rumah tangga. Untuk itu, Bagian Humas Masyarakat dan Stakeholder ITPLN secara kontinyu menggelar acara serupa yang menjadi bagian dari program Sustainability & Community Collaboration ITPLN.

“Pengelolaan sampah yang begitu besar di DKI harus dimulai dari kita sebagai penghasil sampah. Mudah-mudahan kegiatan ini memberi manfaat besar bagi lingkungan kita. Silakan bertanya dan berdiskusi, karena yang kami dorong adalah pemahaman bersama tentang pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” ujar Ishvandono, Jum’at, 6 November 2025.

Menurutnya, ITPLN terus memperkuat interaksi dengan masyarakat sekitar kampus. Ia juga menyampaikan salam dari Rektor ITPLN, Prof. Iwa Garniwa, yang berhalangan hadir karena ada tugas di Jawa Timur.

“Kolaborasi dengan para pemangku kepentingan di lingkungan kami, khususnya di sekitar kampus akan terus kami kembangkan agar memberi manfaat dua arah,” katanya.

Dalam sosialisasi itu, peserta diperkenalkan dua teknologi pengolahan sampah: pemanfaatan ulat magot untuk sampah organik dan konversi limbah menjadi energi (waste-to-energy).

“Sampah organik bisa diolah dengan maggot menjadi kompos, bahkan maggotnya bisa menjadi pakan ternak. Kami juga punya laboratorium waste to energy untuk melihat bagaimana sampah bisa diubah menjadi sumber energi tanpa menimbulkan bau,” ucapnya.

Senada dengannya, Manajer Bagian Humas dan Stakeholder ITPLN, Erwin Mirza, menyebut kegiatan ini sebagai wujud nyata komitmen kampus terhadap transformasi keberlanjutan. Pihaknya berharap, sinergi kampus dengan perangkat kewilayahan turut memberikan manfaat optimal untuk masyarakat luas, termasuk mahasiswa ITPLN yang mendiami kewilayahan terkait.

“Ini bentuk kolaborasi kami dengan warga sekitar ITPLN. Bukan hanya soal limbah. Kami juga mendata rumah kos di sekitar kampus dan memasukkannya ke sistem kami agar mahasiswa—yang kini lebih dari 5.000 orang—lebih mudah mencari hunian,” katanya.

Erwin menambahkan, lingkungan sekitar kampus dinilai cukup bersih. Untuk itu, berharap kegiatan ini menjadi langkah awal pembentukan ekosistem pengelolaan sampah berbasis kolaborasi dan teknologi.

“Saya setiap hari berjalan kaki menuju stasiun. Sepanjang gang-gang kos-kosan yang saya lewati, kebersihan sudah cukup baik,” ucapnya.***

Author: Humas