ITPLN: Indonesia Butuh 5.000 SDM Nuklir untuk Sambut Era PLTN 2045

  • Comments: 0
  • Posted by: Humas

JAKARTA – Institut Teknologi PLN (ITPLN) menyiapkan strategi besar pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk menyongsong beroperasinya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Targetnya, pada 2045 Indonesia membutuhkan 4.000–5.000 tenaga ahli nuklir lintas disiplin.

Rektor ITPLN, Prof. Iwa Garniwa, menyebut kunci keberhasilan transisi energi nuklir ada pada kualitas SDM. Hal ini dia ungkapkan saat seminar yang digelar Global Institute for Nuclear Energy and Sustainable Development (GINEST) ITPLN dan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) yang bertajuk “Peluang dan Tantangan serta Peran Energi Nuklir untuk Sektor Ketenagalistrikan dalam Mendukung Kebijakan deCarbonisasi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060”.

“SDM unggul adalah pondasi utama keberhasilan PLTN di Indonesia. Tanpa kesiapan operator, insinyur keselamatan, regulator, hingga manajer proyek yang kompeten, PLTN tidak akan bisa berjalan dengan aman dan efisien,” ujar Iwa dalam Seminar Nasional tentang nuklir, dikutip Jum’at, 12 September 2025.

Dari data yang dimilikinya, saat ini Indonesia baru memiliki sekitar 900 SDM berkompetensi spesifik nuklir. Padahal, tegasnya, untuk satu unit PLTN saja dibutuhkan setidaknya 1.200 SDM dengan kompetensi spesifik nuklir. Jika pemerintah merealisasikan 3–4 unit PLTN pada 2045, kebutuhan melonjak hingga 5.000 orang.

Untuk menutup kesenjangan itu, ITPLN merancang kurikulum khusus. Pada jenjang S1, mahasiswa akan dibekali dasar nuklir, material, dan termohidrolika. Tingkat S2 diarahkan ke analisis keselamatan dan simulasi reaktor, sementara S3 fokus pada riset frontier seperti small modular reactor (SMR) dan kebijakan energi.

“Kami juga menyiapkan laboratorium digital twin untuk simulasi operasi PLTN,” ucap Iwa.

Selain pendidikan formal, ITPLN menyiapkan jalur pelatihan profesional dengan sertifikasi internasional. Operator, misalnya, perlu lisensi setelah menjalani pelatihan 6–12 bulan. Insinyur keselamatan akan dibekali radioproteksi dan analisis keselamatan reaktor, sedangkan regulator digembleng audit dan kepatuhan.

Anggaran tahun pertama pengembangan SDM nuklir ini ditaksir Rp220 miliar, meliputi pembangunan pusat pelatihan, beasiswa, serta sertifikasi. ITPLN juga menjalin konsorsium dengan lima universitas untuk mempercepat transfer ilmu.

Namun, Iwa mengingatkan, tantangan besar masih mengadang. “Jumlah ahli nuklir kita terbatas, program pendidikan belum terintegrasi, dan isu penerimaan publik terhadap PLTN juga harus diatasi,” katanya.

Belajar dari praktik internasional, Indonesia disebut perlu mencontoh Uni Emirat Arab yang sukses membangun PLTN Barakah berkat regulasi kuat, SDM nasional, dan proyek EPC terintegrasi. “Dengan strategi tepat, Indonesia bisa siap menghadapi era energi nuklir pada 2045,” kata Iwa.

Direktur Teknologi, Engineering dan Keberlanjutan PT PLN (Persero), Evy Haryadi memaparkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (2025-2034) akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir berkapasitas 2×250 MW. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi energi bersih dan andal.

“MKI mengambil peran mendukung pemerintah menjalankan energi nuklir. Seperti yang kita ketahui, PLN telah menandatangani Paris Agreement pada tahun 2021, penggunaan renewable energy berpotensi akan exhausted di masa mendatang sehingga energi nuklir sangat dibutuhkan. Diperlukan persiapan yang cukup panjang, termasuk peluang dan tantangan yang perlu dimitigasi,” kata Evy.

Ketua GINEST ITPLN, Agus Puji Prasetyono, mengatakan, ada tiga sumber energi yang stabil, kuat dan andal yang ada di Indonesia. Yakni, energi hydro, geothermal dan PLTN. Namun, ucapnya, energi hydro dan geothermal kapasitasnya terbatas.

“Kalau PLTN bisa kita bangun dimana-mana mulai dari skala kecil sampai besar. Kita bisa bangun di pojokan Banten, kita bisa bangun di gunung Muria, bahkan bisa repowering dengan PLTU Batubara. Maka yang harus kita lakukan adalah bagaimana caranya agar PLTN ini bisa masuk,” kata Agus.***

Author: Humas