MALANG — Inovasi berbasis kecerdasan buatan kembali mencuri perhatian di ajang Plantprotection Competition 2025 yang digelar Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang.
Lewat karya berjudul “HotBot: Smart Chatbot Assistant for Chili Plant Disease Detection and Management”, Tim mahasiswa Institut Teknologi PLN (ITPLN) berhasil meraih Juara Harapan 1 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTI) Plantprotection Competition 2025.
Aplikasi yang digagas oleh tiga mahasiswa ITPLN — Alfian Riswandi (Teknik Informatika 2022), Michael Christia Putra (Teknik Informatika 2023), dan Melysa Ramadianti (Sistem Informasi 2022) — dirancang untuk membantu petani menganalisis penyakit tanaman serta memberikan rekomendasi penanganan yang tepat secara digital.
Aplikasi ini mengembangkan HotBot, sebuah sistem cerdas terintegrasi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dirancang sebagai mitra digital bagi petani cabai.
“Inovasi yang kami paparkan adalah aplikasi chatbot untuk membantu para petani menganalisis penyakit dan memberikan rekomendasi penanganan yang sesuai. Jadi, petani bisa mendapatkan solusi yang tepat dan efektif hanya lewat satu genggaman,” ujar Alfian Riswandi, ketua tim ITPLN, Senin, 27 Oktober 2025.

Tema kompetisi tahun ini, “Sinergi Inovasi Teknologi dalam perlindungan tanaman menuju pertanian tangguh 2045″, mendorong para peserta untuk menghadirkan solusi inovatif di bidang pertanian modern. Meski berasal dari bidang teknik informatika, Alfian mengaku timnya tetap bersemangat berkompetisi di luar ranah utama mereka.
“Kami sangat senang karena tetap bisa meraih juara harapan, meskipun tema kompetisi di luar bidang kami. Ini jadi pembuktian bahwa lintas disiplin bisa menghasilkan karya yang bermanfaat,” kata Alfian.
Inovasi HotBot yang dibuatnya hadir dengan alur kerja holistik: deteksi, analisis, dan rekomendasi solusi. Dengan memanfaatkan arsitektur YOLOv11 (You Only Look Once versi 11), aplikasi ini mampu mendeteksi penyakit tanaman cabai secara presisi tinggi melalui analisis citra yang diunggah pengguna.
Keunggulannya terletak pada integrasi Retrieval-Augmented Generation (RAG) dan Generative AI, yang memungkinkan sistem memberikan analisis mendalam mengenai penyebab penyakit, potensi penyebaran, serta rekomendasi penanganan yang kontekstual dan ramah lingkungan — mengedepankan solusi agens hayati daripada pestisida sintetis.
Setidaknya ada 27 peserta yang mengikuti LKTI Nasional ini dari berbagai kampus, seperti dari Universitas Hasanuddin, UPN Jatim, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya dan lainnya. Ajang itu menjadi wadah kolaborasi antara teknologi dan pertanian. Alfian mengaku terinspirasi oleh performa peserta dari universitas besar yang tampil profesional dan terstruktur.
“Kami merasa terinspirasi dengan kampus besar lain. Mereka tampil sangat matang, dan dari situ kami belajar banyak untuk persiapan kompetisi berikutnya,” ucapnya.
Dengan pencapaian ini, tim ITPLN berharap inovasi mereka dapat dikembangkan lebih lanjut agar dapat diterapkan langsung di lapangan. “Target kami berikutnya adalah menguji chatbot ini bersama petani lokal agar manfaatnya bisa dirasakan nyata,” pungkas Alfian.***
