Fokus Jaga Kualitas, Mahasiswa ITPLN Cermati Manajemen Proyek Ketenagalistrikan

  • Comments: 0
  • Posted by: Humas

JAKARTA — Institut Teknologi PLN (ITPLN) menggelar kuliah umum bertema Manajemen Proyek di Sektor Ketenagalistrikan, Kamis (26/6/2025). Bertempat di Ruang Pembangkit, Kampus ITPLN, Jakarta, acara ini menghadirkan dua profesional di bidang ketenagalistrikan yang kini bertugas di PLN Enjiniring.

 

Keduanya adalah Faal Murreyza Dundah yang membawakan materi “Pengelolaan Proyek Ketenagalistrikan”. Lalu ada, Henny Ika Septyani yang menyampaikan materi berjudul “Peran Strategis Enjinering dalam Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan Nasional untuk Transisi Energi Hijau”.

Wakil Rektor I Bidang Akademik ITPLN, Prof Syamsir Abduh, menegaskan pentingnya pemahaman soal manajemen proyek ketenagalistrikan, terutama dalam menghadapi tantangan non-teknis yang kerap kali lebih rumit ketimbang persoalan teknis.

 

“Dari pengalaman saya mengawal proyek fast track hingga program 35.000 MW, persoalan-persoalan non-teknis seperti perubahan regulasi dan sengketa lahan justru lebih berat. Inilah yang jarang didapat di bangku kuliah,” ujar Syamsir saat membuka acara.

 

Kuliah umum ini merupakan bagian dari implementasi sistem pembelajaran 4-4-2 di ITPLN, yakni 40 persen teori, 40 persen studi kasus, dan 20 persen kuliah tamu. Model ini diharapkan mampu membekali mahasiswa menghadapi persoalan nyata di lapangan.

“Kami ingin lulusan ITPLN tidak hanya paham teori, tapi juga siap menghadapi medan sesungguhnya, termasuk persoalan-persoalan yang tak tertulis di buku,” tutur Syamsir.

 

Animo dan antusiasme mahasiswa dalam mengikuti kuliah umum ini terlihat sangat tinggi. Ratusan mahasiswa dan undangan turut menyesali Ruang Pembangkit hingga meluber ke luar. Kuliah umum ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menambah portofolio serta meningkatkan kompetensi mereka sebagai lulusan ITPLN yang berkualitas.

 

Rangkaian Panjang Proyek Listrik

Salah satu pemateri, VP Konstruksi dan Operasi PLN Enjiniring, Faal Murreyza Dundah, memaparkan panjangnya siklus hidup proyek ketenagalistrikan, dimulai dari inisiasi hingga tahap commissioning dan pemeliharaan. Menurut Faal, risiko dalam proyek ketenagalistrikan bukan hanya soal teknis, tapi juga regulasi, keselamatan, hingga sosial lingkungan.

 

Secara rinci tahapan dalam proyek ketenagalistrikan mulai dari inisiasi hingga penyelesaian. Setiap fase dipastikan memiliki peran strategis guna menjaga kelayakan, kualitas, dan ketepatan waktu pelaksanaan proyek penyediaan tenaga listrik nasional.

 

“Inisiasi itu terdiri dari studi kelayakan dan penetapan proyek dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik). Di tahap ini kita melihat peta besar penyediaan tenaga listrik untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan,” tutur Faal.

 

Tahap selanjutnya, yakni perencanaan, dilakukan untuk menganalisis berbagai risiko teknis dan nonteknis serta menentukan strategi mitigasinya. Setelah itu, masuk ke tahap prapelaksanaan, yang meliputi proses tender dan persiapan pelaksanaan proyek.

 

Pada tahap pelaksanaan, seluruh aktivitas fisik mulai dijalankan, seperti mobilisasi, konstruksi, instalasi, dan supervisi. Menurut Faal, pada fase ini, berbagai permasalahan teknis maupun nonteknis yang sebelumnya hanya muncul dalam perencanaan di atas meja, mulai terlihat di lapangan.

 

“Masalah di lapangan, baik teknis maupun nonteknis, biasanya mulai muncul di fase pelaksanaan ini. Oleh karena itu, pengawasan harus betul-betul ketat,” katanya.

 

Adapun tahap terakhir adalah penyelesaian, yang mencakup commissioning, penerbitan Sertifikat Laik Operasi (SLO), hingga tahap operation and maintenance.

 

Faal menambahkan, PLN Enjiniring memiliki peran yang signifikan dalam keseluruhan proses tersebut, khususnya pada tahap inisiasi, penyusunan dokumen tender, detail engineering design, hingga supervisi pelaksanaan konstruksi.

“PLN Enjiniring terlibat dari awal hingga akhir, mulai dari feasibility study, penyusunan dokumen lelang, hingga pengawasan konstruksi. Karena itu, kami disebut guardian of spending dalam proyek ketenagalistrikan,” kata Faal.

 

Ia menegaskan, sinergi antara unit-unit PLN dan PLN Enjiniring menjadi faktor kunci dalam memastikan proyek berjalan sesuai target serta standar mutu yang telah ditetapkan.

 

Ia juga menekankan peran penting PLN Enjiniring (PLN-E) sebagai guardian of spending, yang terlibat sejak studi kelayakan, perencanaan, penyusunan dokumen lelang, hingga supervisi konstruksi.***

Author: Humas