Dari Ladang Cabai ke Kampus Transisi Energi: Kisah Anak Natuna Raih Beasiswa Penuh ITPLN

  • Comments: 0
  • Posted by: Humas

JAKARTA – Di sebuah ladang cabai di pedalaman Natuna, seorang petani sederhana menatap lekat anaknya yang bersiap merantau. Dari tanah yang subur namun jauh dari pusat kota itu, Umar Wanto, mahasiswa asal Desa Tapau, Kecamatan Bunguran Tengah, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, melangkah ke Jakarta dengan bekal keyakinan: pendidikan adalah jalan mengangkat derajat keluarga.

Kini, Umar tercatat sebagai mahasiswa semester lima Teknik Elektro di Institut Teknologi PLN (ITPLN), Jakarta. Ia bukan sekadar kuliah gratis, tapi mendapat beasiswa penuh dari PLN untuk daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal)—meliputi uang pangkal, biaya kos, uang makan, hingga tunjangan buku. Totalnya, hampir Rp2,8 juta per bulan.

“Beasiswa ini benar-benar meringankan orang tua. Saya bisa fokus belajar, tidak perlu pusing biaya,” ujar Umar saat berbincang, 23 September 2025.

Perjalanan Umar berawal ketika SMA Negeri 1 Bunguran Tengah mendapat kuota beasiswa hasil kerja sama Pemerintah Kabupaten Natuna, PLN dan ITPLN. Saat itu, lanjutnya, Pemerintah Kabupaten meminta setiap kecamatan diminta mengirimkan siswa terbaik.

Umar, yang konsisten masuk tiga besar terbaik di sekolahnya, berhasil mendapatkan rekomendasi dan lolos seleksi penerimaan mahasiswa ITPLN kala itu. Pemkab Natuna mengirimkan 16 siswa terbaik ke ITPLN di berbagai jurusan. Tujuh diantaranya mendapat beasiswa, dua siswa ikatan kerja dan tujuh lainnya mahasiswa reguler.

“Alhamdulillah saya bisa mendapatkan kesempatan kuliah di ITPLN, terimakasih untuk Pemkab Natuna dan PLN atas kesempatan yang diberikan. Selain prestasi, mungkin juga karena faktor ekonomi. Orang tua saya petani, bukan dari keluarga berada. Jadi peluang untuk lolos lebih besar,” kata putra kedua dari pasangan Rasiman dan Umur Yati itu.

Ayahnya, seorang perantau asal Jawa, kini menanam cabai di Natuna. Rasiman, nama ayahnya yang merupakan transmigran asal Jawa. Sedangkan ibunya yang merupakan penduduk asli Natuna, kini hanya menjadi ibu rumah tangga. Untuk kebutuhan harian, keluarga cukup. Namun biaya kuliah di luar daerah tentu berat.

“Kalau tanpa beasiswa, bapak pasti harus kerja lebih keras. Itu yang saya ingin ringankan,” tutur pria kelahiran 2 November 2005 itu.

 

Fokus Energi Terbarukan

Di ITPLN, Umar memilih konsentrasi elektro arus lemah. Ia mulai jatuh hati pada bidang energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Cita-citanya sederhana namun besar: suatu hari membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Natuna.

“Selama ini listrik di sana masih bergantung PLTD. Saya ingin ada solusi berkelanjutan. Panel surya bisa jadi jawaban,” ujarnya.

Obsesi itu kian menguat ketika mendengar wacana pembangunan PLTS di kampung halamannya. “Kalau bisa, saya pulang dan berkontribusi. Bukan cuma kerja, tapi membangun Natuna lebih baik lagi,” tambahnya.

Meski jauh dari orang tua, Umar tidak gamang. Ia aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kerohanian kampus, bahkan dipercaya menjadi asisten di Laboratorium Intelligent Control and Automation.

“Orang tua selalu mengajarkan pergaulan yang baik. Jadi walaupun kos, alhamdulillah tidak berdampak ke akademik. Justru banyak kesempatan berkembang,” kata Umar, yang bercita-cita bekerja di PLN Natuna setelah lulus.

Namun, bila takdir berkata lain, ia sudah menyiapkan jalan lain: sertifikasi profesional bidang elektro, agar tetap relevan di industri energi.

Anak Petani yang Berani Bermimpi

Cerita Umar adalah cerita banyak anak di daerah 3T: keterbatasan menjadi pemantik semangat. Dari lahan cabai di ujung negeri, ia melangkah ke pusat teknologi listrik Indonesia.

“Intinya, saya ingin meningkatkan taraf hidup keluarga, sekaligus mengembangkan daerah sendiri,” ucap Umar, mantap.***

Author: Humas