JAKARTA – Institut Teknologi PLN (ITPLN) resmi menjalin kerja sama dengan Asosiasi Pengelasan Indonesia atau Indonesian Welding Society (IWS) untuk menyiapkan tenaga kerja terampil di sektor industri pengelasan. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang berlangsung pada Jum’at, 13 Juni 2025 di Kampus ITPLN Jakarta.
Rektor ITPLN, Prof. Iwa Garniwa, mengatakan kolaborasi ini sejalan dengan komitmen kampusnya yang berfokus pada penerapan teknologi dan pengembangan talenta berbasis kebutuhan industri.
“Kami adalah perguruan tinggi yang fokus pada penerapan teknologi. Kami siap mengikuti kompetensi yang dibutuhkan industri tanpa meninggalkan kaidah-kaidah akademik yang berlaku di perguruan tinggi,” ujar Iwa Garniwa.
Iwa menambahkan, kerja sama dengan IWS diharapkan dapat memperkuat ekosistem pendidikan vokasi berbasis industri, khususnya di bidang pengelasan yang saat ini tengah dibutuhkan di berbagai sektor manufaktur, energi, dan infrastruktur.
Lebih lanjut, ITPLN kini tengah menerapkan kurikulum berbasis OBE (Outcome Based Education), yang menitikberatkan pada capaian hasil lulusan. Untuk mendukung hal tersebut, kampus ini mengembangkan sistem pembelajaran yang disebut model 4-4-2.
“Dalam program 4-4-2 ini, 40 persen porsi pembelajaran berupa teori di kelas, 40 persen studi kasus dan proyek, serta 20 persen berasal dari dunia industri melalui guest lecture dari praktisi dan asosiasi,” jelas Iwa.
Ia berharap, dengan model pembelajaran tersebut, lulusan ITPLN tidak sekadar siap latih, tetapi langsung siap kerja dan mampu beradaptasi di lingkungan industri.
“Sekali lagi, kami berterima kasih atas kesediaan Asosiasi Pengelasan Indonesia untuk berkolaborasi. Ini langkah penting membangun SDM terampil di bidang pengelasan yang dibutuhkan industri nasional,” tutupnya.
Kerja sama ini mencakup penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia di sektor pengelasan, yang ke depan ditargetkan mampu mencetak tenaga kerja kompeten bersertifikat nasional maupun internasional.
Di lokasi yang sama, Chairman of the Governing Board of the Indonesia Welding Society (IWS) atau Asosiasi Pengelasan Indonesia, Achdiat Atmawinata, menyambut baik kerja sama dalam penyiapan tenaga kerja terampil yang tersertifikasi di bidang pengelasan.
Ia menegaskan, kebutuhan tenaga welder bersertifikat sangat penting, terutama untuk sektor-sektor spesifik seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan lainnya.
“Ketika masuk PLTN, kita harus siapkan welding khusus. Tidak bisa menggunakan welding yang biasa-biasa saja,” ujar Achdiat Atmawinata.
Menurutnya, pengembangan sumber daya manusia di sektor pengelasan harus fokus pada kualitas, penguasaan teknologi, dan perluasan daya saing di tingkat global. Lebih lanjut, kata dia, IWS juga memiliki sistem sertifikasi welding personel di bawah binaan API-IWS serta Indonesia Welding Society-Authorized Nominated Body (IWS-ANB) yang terus aktif melakukan pelatihan dan sertifikasi.
Terlebih, kata Achdiat, ITPLN menerapkan kurikulum dengan skema 4-4-2, yakni 40 persen teori, 40 persen studi kasus atau project based, dan 20 persen di dunia industri. Menurutnya, model ini sejalan dengan kebutuhan industri pengelasan nasional.
“Kami siap berkontribusi. Bahkan kebutuhan untuk welder perempuan juga cukup tinggi karena mereka dikenal lebih tekun dibanding laki-laki. Di tingkat internasional pun welder perempuan sangat didorong,” ungkapnya.
Achdiat berharap ITPLN ke depan juga dapat menyediakan simulator welding, agar pelatihan bisa lebih efisien sebelum praktik langsung menggunakan bahan.
Selain sektor energi, sektor perkapalan juga disebut membutuhkan banyak tenaga welder bersertifikat. “Saat ini ada sekitar 250 shipyard yang sangat membutuhkan tenaga kerja di bidang ini,” katanya.***