JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan menggelar program ESDM Goes to Campus di Institut Teknologi PLN (ITPLN), Kamis, 2 Oktober 2025. Acara yang telah memasuki tahun keempat ini bertujuan menjalin komunikasi dengan perguruan tinggi sekaligus memberi gambaran peluang kerja di sektor energi.
Koordinator Kehumasan, Pengelolaan Data, dan Informasi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Pandu Satria Jati, mengatakan tema tahun ini difokuskan pada Membuka Peluang Kerja melalui Sertifikasi Kompetensi Ketenagalistrikan.
“Biasanya setelah kuliah empat tahun, muncul pertanyaan: setelah lulus mau jadi apa? Itu juga dulu jadi kegelisahan saya. Karena itu kami hadir untuk memberikan gambaran bekerja di sektor ESDM,” ujar Pandu.
Pandu menekankan pentingnya mahasiswa memiliki sertifikat kompetensi agar siap memasuki dunia kerja. Sertifikasi tersebut, menurut dia, menjadi pengakuan resmi yang diakui industri dan regulasi.
“Dengan demikian lulusan ITPLN dapat bersaing di tingkat nasional, terutama menghadapi era transisi energi, digitalisasi, dan perkembangan teknologi,” katanya.
Ia menambahkan, kegiatan ini juga sejalan dengan Astacita Kabinet Merah Putih yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto. Dari mandat tersebut, ESDM memiliki dua tugas utama: menjaga ketahanan energi—yang oleh Presiden disebut “swastra badai energi”—dan meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi.
“Namun di luar itu, ada pula arahan Presiden terkait penciptaan lapangan kerja. Karena itu, melalui kegiatan ini kami ingin menunjukkan bahwa pemerintah hadir untuk membuka banyak peluang kerja bagi generasi muda,” imbuhnya.
Di lokasi yang sama, Rektor ITPLN, Prof. Iwa Garniwa memastikan, pihaknya siap mencetak lulusan berkompetensi di bidang energi dan ketenagalistrikan. Menurutnya, kebutuhan tenaga kerja dalam RUPTL 2025-2034 diproyeksikan mencapai 1,7 juta orang dalam 10 tahun mendatang.
“Saya bangga ITPLN dipilih menjadi tuan rumah Goes to Campus. Ini bukan sekadar acara, tapi pintu masuk bagi mahasiswa melihat langsung kebutuhan tenaga kerja di sektor energi,” kata Iwa.
Menurut dia, kebutuhan terbesar berada pada tenaga insinyur, yakni 11 ribu hingga 15 ribu orang per tahun. Untuk menjawab tantangan itu, ITPLN mewajibkan setiap lulusannya memiliki tiga sertifikasi kompetensi, meliputi kemampuan bahasa Inggris, sertifikasi Microsoft Office Specialist (MOS), serta kompetensi teknis sesuai bidang studinya.
“Mahasiswa ITPLN dianggap lulus jika membawa minimal tiga sertifikat. Jadi bukan hanya ijazah, tapi juga bukti kompetensi yang bisa langsung digunakan di dunia kerja,” ucapnya.
Iwa menekankan, ITPLN memiliki visi menjadi perguruan tinggi berkelas internasional yang unggul di bidang energi dan teknologi berwawasan lingkungan. Visi tersebut diterjemahkan dalam kurikulum yang mendukung transisi energi menuju net zero emission.
Acara ESDM Goes to Campus sendiri menghadirkan sejumlah narasumber dari Kementerian ESDM yang memberikan wawasan terkait sertifikasi kompetensi tenaga listrik sebagai kunci masuk dunia kerja.***