ITPLN Ajak Lulusan SMA Taruna Nusantara Magelang untuk Bangun Masa Depan Energi

  • Comments: 0
  • Posted by: Humas

MAGELANG — Institut Teknologi PLN (ITPLN) mengajak para siswa kelas XII SMA Taruna Nusantara Magelang untuk mengambil peran dalam masa depan energi Indonesia. Ajakan itu disampaikan Rektor ITPLN, Prof. Iwa Garniwa, dalam kegiatan silaturahmi dan sosialisasi yang berlangsung di sekolah tersebut, yang disambut langsung oleh jajaran manajemen SMA Taruna Nusantara yang merupakan perwira aktif TNI.

Dalam kesempatan itu, Prof. Iwa menjelaskan besarnya tantangan sektor energi yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, yang disebutnya sebagai tantangan energi paling kritis dalam sejarah energi Indonesia.

Sebab, ucapnya, Indonesia merencanakan akan memasang 69,5 gigawatt kapasitas pembangkit baru, dengan 76 persen di antaranya berasal dari energi baru terbarukan (EBT) dan teknologi penyimpanan. Transisi energi yang cukup besar ini juga menuntut investasi hingga Rp 2.967 triliun untuk pembangunan pembangkit, smart grid, dan infrastruktur transmisi.

“RUPTL bukan hanya dokumen teknis. Ini blueprint transformasi energi bangsa. Pertanyaan utamanya bukan lagi ‘apa rencananya’, tetapi ‘siapa yang akan menjalankannya’,” ujar Prof. Iwa di hadapan 369 siswa, Rabu, 5 November 2025.

Sehingga, lanjutnya, Indonesia membutuhkan banyak talenta energi dalam sepuluh tahun ke depan. Terutama talenta dalam bidang integrasi EBT, data analytics & AI untuk smart grid, manajemen proyek energi skala besar, serta kebijakan dan regulasi dekarbonisasi.

“Ini membutuhkan insinyur jenis baru. Talenta yang siap tempur dalam waktu cepat. Dan di sinilah ITPLN mengambil peran,” ujarnya.

Prof. Iwa menjelaskan, ITPLN adalah satu-satunya institusi pendidikan tinggi yang secara khusus diberi mandat untuk mencetak talenta pelaksana RUPTL—mulai dari tenaga ahli PLTS, PLTB, biomassa, PLTP, hingga hidrogen dan pembangkit konvensional PLN.

Kedatangan ITPLN disambut antusias oleh para siswa Taruna Nusantara. Data sekolah menunjukkan, sekitar 30 persen lulusan setiap tahun memilih jalur kedinasan, sementara 70 persen melanjutkan ke perguruan tinggi.

“Minat mereka terhadap isu transisi energi sangat tinggi. Ini modal penting. Mereka generasi yang akan mengawal masa depan listrik Indonesia,” kata Prof. Iwa.

Ia menambahkan, bagi ITPLN, RUPTL bukan sekadar materi pembelajaran, tetapi peta jalan kurikulum kampus. “DNA kami adalah energi. Mandat kami adalah RUPTL,” tegasnya.

Dengan kebutuhan tenaga ahli yang melonjak dan transisi energi yang berjalan cepat, Prof. Iwa berharap lulusan Taruna Nusantara mempertimbangkan peran strategis di sektor energi, salah satunya bergabung dengan ITPLN.

“Kami ingin mereka menjadi garda depan. Indonesia membutuhkan itu sekarang,” katanya.

M. Fatih, salah satu siswa SMA Taruna Nusantara yang terlihat antusias menjadi bagian dari generasi transisi energi menilai, potensi energi terbarukan di Indonesia cukup melimpah namun belum dioptimalkan dengan signifikan.

“Inovasi itu banyak, tapi seret di realisasi. Saya ingin tahu bagaimana ITPLN bisa membantu mahasiswa mewujudkan rancangan mereka, dan bagaimana ITPLN merasionalisasi inovasi yang lahir dari kampus,” kata Fatih.

Ia juga menyoroti khusus pengembangan pembangkit listrik tenaga surya, yang menurutnya menjadi alternatif paling aman di tengah risiko bencana alam. Fatih membandingkannya dengan teknologi nuklir yang kerap dikaitkan dengan risiko tinggi, seperti insiden Fukushima.

“Indonesia ini rawan bencana dan penduduknya padat. Risiko pembangunan PLTN tentu besar. Ditambah lagi tenaga ahli nuklir di Indonesia masih minim. Apakah ada jaminan dari pemerintah atau PLN bila PLTN jadi dibangun?” katanya.***

Author: Humas