JAKARTA – PT PLN Enjiniring (PLN E) tengah tancap gas mengeksekusi ribuan proyek strategis di sektor ketenagalistrikan. Perusahaan subholding PLN itu kini menggandeng para ahli dari Institut Teknologi PLN (ITPLN) untuk memperkuat tim enjiniring di tengah padatnya agenda pembangunan yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034.
Direktur Utama PLN E, Chairani Rachmatullah, mengatakan mulai Juli tahun ini perusahaannya diminta fokus menangani proyek-proyek milik PLN Group, mengingat banyaknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
“Saat ini kami sedang mengerjakan lima proyek pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 274 megawatt, 38 proyek non-EBT berkapasitas 2,89 gigawatt, 93 proyek transmisi dengan total lebih dari 1.800 kilometer, serta 101 proyek gardu induk berkapasitas total 6.760 MVA,” ujar Ani, sapaan akrabnya, dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Peran ITPLN dalam Membantu Percepatan Eksekusi Program RUPTL PT PLN (Persero) 2025–2034” di Sekolah Pascasarjana ITPLN, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, sebagian besar proyek tersebut merupakan bagian dari program strategis PLN, baik milik PLN induk maupun subholding. Contohnya untuk transmisi, PLN E menangani 82 proyek kabel udara dan 11 proyek kabel tanah dengan tegangan 500 kV, 275 kV, 150 kV, hingga 70 kV. Sementara pada gardu induk, PLN E tengah mengerjakan 14 GI 500 kV, 30 GI 275 kV, 55 GI 150 kV, dan 2 GI 70 kV.
Namun, tantangan terbesar bukan pada teknologinya, melainkan pada ketersediaan sumber daya manusia. “Kompetensi teknis kami sudah kuat, tapi jumlah orangnya kurang karena terlalu banyak proyek. Itu sebabnya kami libatkan ITPLN (Institut Teknologi PLN), terutama untuk memperkuat tenaga ahli muda dan mempercepat transfer knowledge,” katanya.
Selain proyek pembangkit dan transmisi, PLN E juga tengah menyiapkan lima kajian strategis, antara lain desain kabel laut, kajian pembangkit nuklir, kajian Battery Energy Storage System (BESS), kajian Flexible Generation, serta desain Smart Grid end-to-end.
Dia memastikan, proyek kabel laut yang didesainnya merupakan bagian dari program green enabling solution PLN. Proyek ini akan menghubungkan sistem kelistrikan Sumatera–Batam, Sumatera–Bintan, dan Sumatera–Jawa. “Ini super green. Kami sedang menyiapkan pre-feasibility study untuk jalur-jalur tersebut,” ucapnya.
Tak hanya itu, PLN E juga mulai menyiapkan kajian untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di Indonesia. “Kami juga mendengar di ITPLN sudah ada diskusi-diskusi terkait nuklir. Saya kira mari kita kolaborasi. Kami sendiri di PLN E tidak terlalu aktif mengikuti banyak diskusi nuklir, karena menurut kami masih kemana-mana. Masih banyak yang di-lead oleh calon investor yang masuk, gitu kan ya. Nah, kami di PLN E benar-benar ingin yang mengeksekusi yang ada di RUPTL,” tuturnya.
Ani juga menambahkan, PLN E terus berkoordinasi dengan ITPLN dan PLN pusat agar proyek-proyek strategis dapat dieksekusi secara efisien dan transparan. Salah satu transformasi yang tengah dijalankan ialah memastikan setiap proyek memiliki penugasan resmi dan kontrak kerja yang jelas. “Selama dua tahun kami berjuang agar proses di PLN E bisa lebih lincah tapi tetap prudent. Sekarang sudah mulai membaik,” tuturnya.
Selain nuklir, PLN E juga sedang menyiapkan kajian Battery Energy Storage System (BESS) dan Flexible Generation untuk mendukung transisi energi. “Kita butuh brain-brain dari ITPLN untuk memperkuat desain BESS di seluruh sistem kelistrikan PLN,” imbuhnya.
Menurut dia, transformasi ini menjadi bagian dari upaya PLN Group untuk menjaga keandalan sistem listrik nasional sekaligus mendukung target transisi energi menuju net zero emission 2060.
“Kolaborasi dengan ITPLN ini bukan sekadar proyek, tapi investasi jangka panjang dalam kompetensi bangsa,” kata Ani.***