JAKARTA – Elisabet Yakoba Lena Koli, salah satu lulusan Institut Teknologi PLN (ITPLN) menjadi salah satu potret pembuat kebijakan energi di Indonesia. Lisa, sapaan akrabnya, berhasil menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM pada 2014 lalu.
Keaktifannya pada berbagai organisasi yang ada di kampus transisi energi ini membawa Lisa menjadi salah satu penyusun kebijakan energi ke depan. Di tangannya, Lisa ingin berkontribusi menjaga cahaya negeri ini tetap menyala.
“Saya lulus tahun 2013 dari STTPLN, sekarang namanya ITPLNITPLN. Dulu bimbingan saya almarhum Pak Djiteng Marsudi. Beliau selalu bilang, lulusan kampus listrik harus jadi duta energi,” ujar Lisa saat sharing session ESDM Goes to Campus, Kamis, 2 Oktober 2025.
Lisa masuk ke ITPLN pada 2009. Meski lahir dan besar di Jakarta, tapi di kampus ITPLN-lah, ia merasa mengenal Indonesia. Dari ruang kelas hingga kantin sederhana, ia bersentuhan dengan teman-teman dari Aceh, Palembang, hingga Papua.
“Itu yang paling saya syukuri. ITPLN mempertemukan saya dengan Indonesia mini. Sampai sekarang kami masih saling terhubung, bahkan di dunia kerja,” katanya.
Ia aktif di berbagai organisasi mahasiswa. Ada HME (Himpunan Mahasiswa Elektro), Persekutuan Mahasiswa Kristen, hingga Himpunan Mahasiswa Patimura. “Kuliah itu berat, jadi UKM dan organisasi bikin seimbang. Kalau tidak, bisa stres,” katanya sambil tersenyum.
Lisa menjejakkan kaki di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Ia lolos seleksi CPNS 2014, dan pada 2015 mulai bekerja di Pokja Tarif dan Subsidi Listrik.
Hampir delapan tahun ia bergelut di bidang itu, sebelum dipindahkan ke Subdit Pengaturan Operasi Ketenagalistrikan. Di ruangan kecil yang dipenuhi layar monitor, Lisa bersama tim mengawasi denyut listrik nasional.
Tugas barunya sejak September 2025 adalah mengurus perizinan badan usaha yang ingin masuk ke bisnis energi listrik. “Lebih administratif, tapi sama-sama vital,” ucapnya.
Kembali ke Bangku Kuliah
Di tengah kesibukan, Lisa kembali membuka buku. Tahun 2022, ia berstatus mahasiswa lagi. Kali ini di Universitas Indonesia, jurusan Kebijakan Publik dengan fokus energi. Ia mendapat beasiswa dari Kementerian ESDM.
“Dunia kerja itu terus berubah. Kalau cuma berhenti di S1, kita bisa ketinggalan. Jadi jangan berhenti belajar,” kata Lisa, yang menuntaskan studi S2 sambil tetap mengemban tugas negara.
Bagi Lisa, kebanggaan sebagai alumni ITPLN tidak kalah dari kampus mana pun. “Di Kementerian ESDM, sekitar 10 persen CPNS di Ditjen Gatrik itu alumni ITPLN. Kami bisa bersaing dengan lulusan UI, ITB, ITS. Jadi jangan minder. Banggalah jadi alumni ITPLN,” ujarnya mantap.
Di dunia kerja, bukan rumus yang dipakai, tapi cara berpikir dan ketelitian. Jadi manfaatkan masa kuliah. Belajar, berorganisasi, membangun jaringan. Semua itu akan berguna kelak,” ucap Lisa menutup pesannya.
Di lokasi yang sama, Rektor ITPLN, Prof. Iwa Garniwa menegaskan pentingnya dukungan alumni dalam membesarkan perguruan tinggi. Ia mencontohkan perguruan tinggi kelas dunia seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Harvard University yang memiliki kekuatan besar berkat jaringan alumninya.
“Siapa lagi yang mendukung perguruan tinggi kalau bukan alumni. Kita bisa benchmarking, bukan hanya di Indonesia, tapi dimanapun juga,” kata Iwa.
Iwa menambahkan, ITPLN saat ini berfokus memperkuat visi sebagai perguruan tinggi unggul di bidang energi dan ketenagalistrikan berbasis lingkungan. Upaya itu diperkuat dengan capaian penghargaan dari Dewan Energi Nasional yang menobatkan ITPLN sebagai kampus berkomitmen terhadap transisi energi.***