JAKARTA – Ratusan mahasiswa Institut Teknologi PLN (ITPLN) berbagai jurusan beradu ide inovatif dalam ajang Student Research Challenge (SRC) 2025 yang digelar pekan ini. Kompetisi tahunan itu menjadi wadah pengembangan riset mahasiswa, sekaligus pintu masuk bagi gagasan segar untuk menjawab persoalan energi, lingkungan, dan teknologi masa depan.
Tim Penyelenggara dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITPLN, Rahma Farah Ningrum, mengatakan kompetisi ini dirancang untuk melatih mahasiswa mengeksekusi riset dengan standar akademik sekaligus mendekatkan hasil penelitian dengan kebutuhan industri.
“Kami ingin melahirkan peneliti muda yang tidak hanya kuat di teori, tapi juga relevan dengan tantangan nyata,” ujar Rahma saat berbincang, Kamis, 21 Agustus 2025.
Tahun ini, tema utama SRC 2025 menyoroti isu energi terbarukan, digitalisasi sistem kelistrikan, dan inovasi berbasis keberlanjutan.
Setiap peserta diminta mempresentasikan hasil riset dalam bentuk proposal, prototipe, maupun model analisis. Juri terdiri dari perwakilan masing-masing Fakultas yang membidangi.
Rahma menjelaskan, penyaringan peserta dilakukan secara berlapis mulai dari seleksi proposal hingga presentasi akhir.
“Animo mahasiswa cukup tinggi, terlihat dari sejumlah naskah yang masuk. Dari jumlah itu, hanya dipilih beberapa tim juara yang lolos ke babak selanjutnya,” kata Rahma.
Menurutnya, kompetisi ini bukan sekadar lomba, melainkan juga ruang pembelajaran. Mahasiswa diarahkan memahami etika publikasi ilmiah, tata kelola data, hingga strategi presentasi yang efektif.
“Lewat riset, mahasiswa belajar berpikir kritis dan solutif. Itu bekal penting untuk menjawab persoalan bangsa,” ucap Rahma.
Salah satu peserta SRC 2025, Putri Annisa, mahasiswa Teknik Informatika, bersama timnya mengembangkan aplikasi resep masakan interaktif berbasis Android dan iOS. Tak sekadar menyajikan panduan memasak, aplikasi ini terintegrasi dengan informasi gizi, kandungan kalori, hingga sejarah kuliner nusantara.
Putri menjelaskan ide tersebut berangkat dari fenomena gizi masyarakat Indonesia yang masih timpang. “Ada yang kekurangan, ada juga yang kelebihan. Lewat aplikasi ini, masyarakat bisa lebih sadar akan kebutuhan kalorinya,” ujar Putri di sela kompetisi Student Research Challenge (SRC) 2025.
Selain itu, timnya ingin memperkenalkan kekayaan kuliner tradisional Indonesia ke generasi muda. Menurut Putri, sejarah kuliner sering luput dari perhatian, padahal merupakan bagian penting identitas bangsa.
“Tujuan kami bukan hanya soal kesehatan, tapi juga agar resep warisan nenek moyang tidak hilang dan bisa dikenal luas,” katanya.
Aplikasi ini juga diharapkan mampu bersinergi dengan program pemerintah di sektor industri kreatif. Integrasi antara teknologi digital dan kuliner, kata Putri, bisa membuka peluang baru sekaligus memperkuat promosi budaya Indonesia ke dunia internasional.
Tahun ini, SRC 2025 diikuti oleh 42 tim dari semua Fakultas di Institut Teknologi PLN dengan dukungan pendanaan riset untuk pengembangan inovasi sebesar kurang lebih 150 juta untuk beberapa judul riset mahasiswa. Putri menegaskan jika timnya menang, hadiah yang diperoleh akan difokuskan sepenuhnya untuk menyempurnakan aplikasi.
“Bagi kami, aplikasi ini bukan sekadar karya tugas kuliah. Kami ingin benar-benar meluncurkannya di Play Store dan App Store, sehingga bisa digunakan masyarakat luas,” kata Putri optimistis.
Puncak acara ditutup dengan pengumuman tim terbaik yang dinilai paling inovatif, aplikatif, dan berdampak. ITPLN berharap hasil penelitian mahasiswa ini tidak berhenti di podium kompetisi, melainkan bisa dikembangkan lebih lanjut melalui inkubasi riset atau kemitraan industri.***